Beranda | Artikel
 Pernah Stress dan Tertekan Karena Skripsi Gak Kelar-Kelar?
Sabtu, 28 Juni 2014

“Waduh kok ga kelar-kelar ni skripsi,  bisa ketunda nikah ni gue”

“Kok harus skripsi sih tugas akhir? kan ga semua potensi orang itu nyusun skripsi, coba tugas akhir itu buat proyek nyata, perubahan pendidikan kampung misalnya, saya kan tipe orang lapangan”

“Waduh, nyerah deh ane, udah bolak-balik konsul, skirpsi ga ada kemajuan, paling banter macet sampe pendahuluan aja”

 

Tentu sebagian kita ada yang pernah merasakan pahit dan susahnya mendapat gelar akademik, merasa jenuh, merasa terbebani dengan hapalan dan pikiran, tubuh ga bisa nyante kalo skripsi belum kelar…

Belum lagi beban-beban yang lain, tugas, praktikum, presentasi, dan proyek nyata

Semuanya adalah beban, rasa pahit dan kesusahan untuk mendapat gelar akademik dan menjadi ahli dibidangnya

Maka, demikian juga ilmu agama, jika ingin paham agama dengan baik dan benar, agama yang menyejukkan hati kita dan manusia, tentu ada fase menuntut ilmu yang dilalui dengan rasa pahit, ada terasa beban dan tidak dengan tubuh yang santai.

Apalagi yang akan dipanggil “ustadz” oleh masyarakat

Bagaimana mau paham agama dengan baik dan benar (apalagi mau jadi ustadz), jika santai terus, baru ada beban dan halangan sedikit menuntut ilmu sudah “mundur”, maunya menuntut ilmu agama enak dan santai

Kasus nyata misalnya:

-Belajar bahasa Arab dan pelajaran yang lainnya, diminta menghapal, tidak menghapal, diberi sedikit hukuman, langsung “mundur”

-Mau belajar agama kalau sedang pengen saja,kalau gak pengen gak datang kajian, pokoknya mana enaknya

 

-Tidak belajar agama dengan ta’shiliy (terkurikulum dan bertahap), sekedar ikut-ikutan saja dan itupun kalau lagi pengen saja, bayangkan kalau mau jadi dokter, tapi ga belajar terkurikulum, hanya ikut seminar2 kedokteran dadakan saja.. nah, begitu juga dengan belajar agama, kalau sekedar ikut kajian2 dadakan saja

-Kalau guru agama/ustadz ada kekurangnya sedikit, lagsung malas belajar dengan dia,bilangnya: “galak”, “gaya bahasanya agak kaku”, “cuma lulusan pondok tertutup” padahal cukup sedikit yang mau mengajarkan ilmu agama

Bandingkan, kalau pas dapat dosen pembimbing skripsi yang “killer”, tetep aja pengen ngantar buah tangan ke rumahnya, supaya dimudahkan skripsi yang pasti dikejar terus…

-Baru disuruh bayar sedikit untuk daurah atau seminar agama, sudah mengeluh, pengennya yang gratisan terus (yang gratis jugabelum tentu datang), padahala sangat jarang sekali yang ambil keuntungan, dana pendaftaran itu untuk biaya operasional pengajian, bukan untung2an panitia

So, belajar agama yang benar-benar menyejukkan hati dan menenangkan dunia akhirat, harus terkurikulum juga dan istiqamah sampai lulus (yaitu menguasai ilmu-ilmu yang diwajibkan saja, misalnya tauhid, aqidah, fikh keseharian dan akhlak yang mulia, adapun ilmu yang lain maka urusan ulama)

Yang pasti semuanya pasti akan terasa pahit, beban dan pengorbanan di awal-awal, setelahnya insyaAllah akan menjadi kenikmatan menuntut ilmu agama dan semoga kita diberikan kemudahan untuk mengamalkannya

Yahya bin Abi Katsir rahimahullah, beliau berkata,

ولا يستطاع العلم براحة الجسد

“Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang santai (tidak bersungguh-sungguh)” [Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi  I/348 no.553, Darul Ibnu Jauzi, cet.I, 1414 H, syamilah]

Imam Syafi’i rahimahullah berkata,

لا يطلب هذا العلم من يطلبه بالتملل وغنى النفس فيفلح، ولكن من طلبه بذلة النفس، وضيق العيش، وخدمة العلم، أفلح

“Tidak mungkin menuntut ilmu orang yang pembosan, merasa puas jiwanya kemudian ia menjadi beruntung, akan tetapi ia harus menuntut ilmu dengan menahan diri, merasakan kesempitan hidup dan berkhidmat untuk ilmu, maka ia akan beruntung.”

[Tadribur Rawi 2/584, Darut Thayyibah, Syamilah]

 

Demikian semoga bermanfaat

@Pogung Dalangan, Yogyakarta Tercinta

Penyusun:   dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan   follow twitter


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/pernah-stress-dan-tertekan-karena-skripsi-gak-kelar-kelar.html